Oleh:
REINHARD SETIAWAN
Nim: 160388201072
Dosen Pengampu: Tessa Dwi Leoni, S.Pd., M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG
PINANG 2016
Periodisasi Sejarah Sastra
Di
Indonesia dan Tokoh-Tokoh Yang Terlibat
di Dalamnya
Periodisasi adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas masanya,
biasanya berupa dekade- dekade.
Secara
umum periode perkembangan sastra Indonesia terbagi atas sastra Indonesia lama
(klasik) adalah karya sastra yang berkembang sebelum ada pengaruh dari
kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Sastra Indonesia lama diperkirakan
lahir pada tahun 1500 sampai abad ke-19. Adapaun sastra Indonesia modern karya
sastra yang berkembang setelah ada pengaruh kebudayaan Barat pada awal abad
ke-20.
Beberapa
kritikus satra telah mencoba membagi periodisasi (pembabakan) sastra Indonesia,
di antaranya:
1.
Perodisasi sastra menurut Buyung Saleh
Periodisasi sastra menurut Buyung Saleh adalah
jangka yang panjang atau pendek dalam perkembangan sastra yang menunjukka ciri
khas karya sastra. Periodisasi sastra Indonesia pada mumnya terbagi menjadi:
1.
Kesusastraan Lama
Karya sastra pada kesusastraan lama masih berkisar
pada cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut (lisan). Hasil karya sastranya
berupa dongeng, mantra, dan hikayat. Cerita pada masa ini bersifat istana
sentries (mengisahkan kehidupan raja-raja).
2.
Kesusastraan Peralihan
Kesusastraan peralihan dipelopori oleh Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi. Karya masa peralihan telah meninggalkan kebiasaan lama yang
bersifat istana sentries menjadi karya yang lebih realistis. Hasil karya sastra
yang terkenal, yaitu Hikayat Abdullah.
3.
Kesusastraan Baru
• Angkatan
Balai Pustaka
Angkatan Balai Pustaka berdiri pada tahun 1920 oleh penerbit Balai
Pustaka. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk
dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Karya sastra dan penulis angkatan ini, yaitu Azab dan Sengsara karya
Merari Seregar (1920), Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1920), dan Salah Asuhan
karya Abdul Muis (1928).
• Angkatan
Pujangga Baru
Pujangga Baru adalah sebuah nama majalah yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Sastra Pujangga Baru cenderung
kearah nasionalis, tetapi termasuk juga sastra idealistik dan romantik. Karya
sastra dan penulis angkatan ini, yaitu Layar Terkembang karya Sutan Takdir
Alisjahbana (1936), Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka (1938), dan Belenggu
karya Armijn Pane (1940).
• Angkatan
1945
Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik – idealistik. Karya sastra pada angkatan ini banyak
bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi
Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul
“Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan ’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Karya Sastra angkatan ini, yaitu puisi berjudul Kerikil Tajam karya Chairil
Anwar (1949), Atheis karya Achdiat Karta Mihardja (1949), dan Dari Ave Maria Ke
Jalan Lain Menuju Roma karya Idrus (1948).
• Angkatan
1966
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan
Mochtar Lubis. Menurut HB. Jassin karya sastra angkatan ini mempunyai konsepsi
Pancasila, menggemakan protes sosial, politik, dan membawa kesadaran nurani
manusia yang bertahun-tahun mengalami kezaliman dan perkosaan terhadap
kebenaran dan rasa keadilan serta kesadaran akan moral dan agama. Karya sastra
angkatan ini, yaitu puisi berjudul Malu Calzoum Bachri, dan Dukamu Abadi karya
Sapardi Djoko Damono.
2.
Periodisasi sastra menurut H.B.Jassin, 1953 (via
notosusanto,1963:199-200)
A. Sastra Melayu Lama
Periodisasi sastra adalah penggolongan sastra berdasarkan pembabakan
waktu dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya. Selain berdasarkan
tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan
situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang
dijadikan objek karya kreatifnya. Pada masa itu sastrad ipengaruhi oleh
kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islam di Indonesia.
Ciri-ciri
sastra melayu lama adalah masih menggunakan bahasa Melayu, cerita seputar
istana sentris dan hal-hal tahayul, penggarang anonin, dan masih sangat terikat
dengan aturan-aturan dan adat-istiadat daerah setempat.
Karya sastra yang muncul pada masa ini misalnya
adalah Hikayat Hang Tuah, Hikayat Mahabarata, Hikayat Seribu Satu Malam,
Cerita-cerita Panji, Tajussalatin, Bustanus Salatin.
B. Sastra Indonesia Modern
Karya sastra Indonesia modern ini muncul pada awal
abad ke-20. Dipelopori oleh gerakan nasionalis dari pejuang bangsa Indonesia.
Sastra Indonesia modern ini dibagi lagi menjadi 4, yaitu:
• Angkatan
Balai Pustaka
Angkatan balai pustaka merupakan titik tolak
kesusastraan di Indonesia. Dilatarbelakangi oleh munculnya penerbit Balai
Pustaka pada tahun 1917 yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Ciri-cirinya adalah:
1)
Menggunakan bahasa Indonesia tapi masih terpengaruh bahasa Melayu.
2) Cerita
mengusung adat-istiadat dan kawin paksa
3)
Dipengaruhi tradisi lokal dan daerah setempat Seputar romantisme
4) Unsur
nasionalisme belum jelas
5) Bersifat
didaktis (harus memberikan pendidikan budi pekerti)
6)
Pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda
7) Bahasa
percakapan dimasukkan di antara baca tulisan. Puisinya terdiri atas:
Syair dan pantun
Angkatan
balai pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat sehingga banyak karya sastra
yang tidak diterbitkan bahkan ditarik dari pasar, seperti Salah Asuhan dan
Belenggu. Contoh karya sastra pada zaman ini adalah Azab dan Sengsara (Merari
Siregar), Sitti Nurbaya (Marah Rusli), Muda Teruna (M. Kasim), Salah Pilih (Nur
St. Iskandar), Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.)
• Angkatan
Pujangga Baru (33)
Munculnya angkatan pujangga baru dilatarbelakangi oleh majalah sastra Pujangga
Baru (Juli 1933), selain itu juga sebagai reaksi dari ketatnya sensor di balai
pustaka. Angkatan pujangga baru menginginkan nasionalisme lebih dikobarkan agar
bisa menjadi penyemangat rakyat dalam perjuangan kemerdekaan. Sastra Pujangga
Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi
"bapak" sastra modern Indonesia.Ciri-ciri angkatan pujangga baru
adalah:
a) Masalah
yang diangkat ialah kehidupan modern
b) Nafas
nasionalisme sudah jelas
c) Bahasa
yang digunakan adalah “kata-kata pujangga” atau kata-kata indah dan cenderung
romantic
d) Kesamaan
dengan angkatan 20 tendesius, didaktis
e) Angkatan
ini telah bebas menentukan nasibnya sendiri
Tokoh-tokoh terkenal pada masa pujangga baru seperti
Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Armyn Pane, Sanusi Pane, Muhammad Yamin,
J.E. Tatengkeng, Rustam Effendi, dan Hamka.
• Angkatan
‘45
Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang
sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan
dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga
dilatarbelakangi oleh munculnya respons terhadap Angkatan Pujangga Baru yang
cenderung romantik.
Ciri-ciri karya sastra angkatan ’45 adalah:
a) Terbuka
b) Pengaruh
unsur sastra asing lebih luas
c) Corak
isi lebih realis, naturalis
d)
Individualisme sastrawan lebih
menonjol, dinamis, dan kritis
Penghematan kata dalam karya
e) Ekspresif
f) Sinisme
dan sarkasme
a. Karangan
prosa berkurang, puisi berkembang
Sastrawan yang terkenal pada masa ini adalah Chairil
Anwar, Idrus, Achdiat Kartamihardja, dan Aoh Kartahadimaja. Karya sastra yang
lahir pada angkatan ’45 seperti Deru Campur Debu, Dari Ave Maria ke Jalan Lain
ke Roma, Atheis, Zahra, dll.
• Angkatan
‘66
Lahirnya Angkatan ’66 adalah aksi yang dilancarkan
para pemuda dan seniman pada tahun 1966 yang memprotes kesewenang-wenangan
penguasa, dan terbitnya majalah sastra Horison.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
a) Bercorak
perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan
b) Bercorak
membela keadilan
c)
Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan
d) Berontak
e)
Pembelaan terhadap Pancasila
f) Protes
sosial dan politik
Contoh karya sastra pada Angkatan
’66 adalah Pabrik, Telegram, Stasiun, Ziarah, Kering, dll.
Banyak peranan periodisasi sastra di Indonesia,
seperti sebagai tolakan berkembangnya sastra di Indonesia. Sastra di zaman
perjuangan juga digunakan sebagai media pembangkit nasionalisme dan pengobar
semangat.
3.
Periodisasi sastra menurut Nugroho Notosusanto
Nugroho
Notosusanto tidak memberikan ciri-ciri intrinsik karya sastra Indonesia yang
ada dalam tiap-tiap periode, ia rupanya mengikuti H.B. Jassin dan Boejoeng
Saleh. Hanya mengenai angkatan 50 dikatakan olehnya (1963: 208) bahwa para
sastrawan periode 50 jangkauan
orientasinya meliputi seluruh dunia, tak hanya Belanda dan Eropa Barat. Penyair
dan penulis cerkan berguru kepada sastrawan Indonesia sendiri, mereka berguru
puisi pada Chairil Anwar dan Sitor Situmorang, pengarang prosa berguru kepada
Pramoedya Ananta oer atau Idrus. Unsur-unsur persajakan dari bahasa-bahsa
daerah semakin digali hingga makin kayalah bahasa Indonesia. Tradisi Indonesia
menjadi titik tolak. Sifat nasional periode ’50 juga dicerminkan oleh tersebarnya
pusat-pusat kegiatan ke seluruh wilayah tanah air.
1. Sastra Melayu Lama
2. Sastra Indonesia Modern
Sastra indonesia
modern terbagi 3 ankatan
1. Angkatan
20
2. Angkatan
33atau punjaga baru
Karakteristik masing- masing
angkatan : angkatan 20, prosesnya menggambarkan:
1.
Pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda
2. Soal
kawin paksa, pra maduan dan lain-lain
3.
Kebangsaan belu maju kedepan, masih kedaerahan
Kelainan dengan sastra melayu lama
1. bahasa
percakapan dimasukan diantrany a baca tulis
2. ada
terdapat analisis jiwa
3. cerita
beramain pada jaman sekarang
4.
kebangsawanan pikiran kontra kebangsawanan darah
5.
pandangan hidup baru kontra moral
lama puisinya sebagian besar
terdiri atas syair dan pantun
6. bersifat didaktis
Angkatan 33
1. angkatan
ini telah bebas menentuka nasibnya sediri
2.
persoalannya ialah: mengahadapi masyarakat kota dengan masal-masalah
kota
3. juga:
bagaimana menggunakan kebebasan dan bagaimana
fungsi kebebasan tehadap masyarakat
4.
pentingnya adalah: persoalan kebangunan kebangsaan , jadi hasil karaya
mereka bercorak kebangsaan
5. dalam
segala keragamannya yang menjadi pengikat mereka adalah cirri-ciri nasional
6. kesamaan
dengan angkatan 20 tendensius, didaksis
2.1. Masa Kebangkitan
2.1.1. Periode ‘20
2.1.2. Periode ‘33
2.1.3. Periode ’42
2.2. Masa Perkembangan
2.2.1. Periode ‘45
2.2.2. Periode ‘50
4.
Periodisasi Sastra Ajip
Rosidi (1969:13)
I.
Masa kelahiran dan masa penjadian (kl. 1900-1945)
1. Periode
awal hingga 1933
2. Periode
1933-1942
3.
Periode 1942-1945
II. Masa
perkembangannya (1945 hingga sekarang)
1. Periode
1945-1953
2. Periode
1953-1961
3. Periode
1961 sampai sekarang (1969)
Ajip Rosidi juga tidak menguraikan ciri-ciri intrinsik
karya sastra Indonesia yang ada dalam tiap-tiap periodenya.
Perlu
ditegaskan bahwa sesungguhnya periode-periode sastra ittu tidak tersusun mutlak
seperti balok-balok batu yang dideretkan, yaitu periode satu digantikan dengan
periode yang lain dengan batas tegas, melainkan periode-periode ini saling
bertumpang-tindih. Sebelum sebuah periode atau angkatan lenyap sama sekali,
sudah timbul benih-benih angkatan baru. Hal ini disebabkan oleh situasi dan
kondisi tertentu yang istimewa dan
biasanya didukung oleh generasi sastra baru yang mulai menampakkan diri.
Sebelum angakatan baru tersebut terintegrasi, maka angkatan lama masih
mempunyai kekuatan, bahkan juga sesudah angkatan baru terintegrasi. Dengan
demikian, angkatan lama dan angkatan yang baru lahir itu hidup berdampingan.
Namun masing-masing menunjukkan ciri-ciri sastra yang berbeda !
Berdasarkan ketidakmutlakan itu, maka gambaran
sesungguhnya periode-periode sejarah sastra Indonesia bertumpang tindih sebagai
berikut:
1. Periode
Balai Pustaka: 1920-1940;
2. Periode
Pujangga Baru: 1930-1945;
3. Periode
Angkatan 45: 1940-1955;
4. Periode
Angkatan 1950-1970; dan
5. Periode
Angkatan 70: 1965-sekarang (1984)
Dalam
periodesasi itu kelihatan adanya tahun-tahun yang bulat. Hal ini untuk
mempermudah pengingatandan pemahaman dalam studi (sastra). Lagi pula lahirnya,
tersebarnya dan terintegrasinya suatu periode sastra atau angkatan sastra, pada
umumnya kurang jelas batas-batas waktunya. Jadi, tahun-tahun bulat itu sebagai
ancar-ancar timbulnya, tersebarnya, terintegrasinya dan lenyapnya suatu periode
atau angkatan sastra
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra
yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu
Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu
yang berbeda dengan periode yang lain, misalnya pada angkatan ‘45
• Terbuka
• Pengaruh
unsur sastra asing lebih luas
• Corak isi
lebih realis, naturalis
•
Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
•
Penghematan kata dalam karya
• Ekspresif
• Sinisme
dan sarkasme
• Karangan
prosa berkurang, puisi berkembang
2.2.
Masalah Periodisasi Sastra
Masalah
periodisasi sastra memang merupakan masalah yang banyak menarik perhatian
orang. Bukan hanya penelah sastra saja yang berbicara tentang itu, melainkan
juga para sastrawan ikut melibatkan diri. Sebenarnya, masalah periodisasi itu
tidak begitu penting bagi para sastrawan. Bahkan ada beberapa pengarang yang
tidak mau dirinya dimasukkan kedalam salah satu angkatan karean mungkin
dipandang akan membatasi dan mempersempit kebebasan daya kreatifitasnya
Walaupun
demikian periodisasi sejarah sastra
Indonesia moderen itu perlu terutama
bagi penelaah sastara dan bagi dunia pendidikan dan pengajaran
Dengan periodisasi
itu kita akan dapat dengan mudah mengetahui tahap-tahap perkembangan sastra
Indonesia dengan corak dan aliran yang munkin ada pada tiap tahap perkembangan
itu
1.
Periodisasi Buyung Saleh
2.
Periodisasi H.B. Jassin
a. Sebelum tahun 20-an
b. Antara tahun 20-an hingga tahun ‘33
c. Tahun 1933 hingga mei 1942
d. Mei 1942 hingga sekarang
I. Sastra
Melayu Lama
II. Sastra Indonesia Moderen
1. Angkatan 20
2. Angkatan 33 atau Punjangga Baru
3. angkatan 45 mulai sejak 1942
4. angkatan 66 mulai kira-kira tahun 1955
3. Periodisasi Nugroho
Notosusanto 4.periodisasi
Ajib Rosidi
I. Sastra
melayu lama
II. Sastra Indonesia moderen
A. Masa
kebangkitan
1. periode
‘20
2. periode
‘33
3. periode
‘42
B. Masa perkembangan
1. periode
‘45
2. periode
‘50 I.
Sastra Nusantara Klasik
(sastra
dari berbagai bahasa daerah
di
nusantara)
II. Sastra Indonesia moderen
A. Masa
kelahiran (masa
kebangkitan)
1. periode
awal -1933
2. periode
1933-1942
3. periode
1942-1945
B. Masa
perkembangan
1. periode
1945-1953
2. periode
1953-1961
3. periode
1961-sekarang.
Dari
ikhtisar 4 macam periodisasi diatas, nyatalah bahwa sebenarnya tidak ada
perbedaan yang prinsipil antara periodisasi yang satu dengan yang lain.
Kesemuanya mulai perkembangannya sastara Indonesia moderen sejak tahu 20-an.
Kesemuanya menempatakan tahun ’30, tahun ’45, dan tahun’66 sebagai
tonggak-tonggak penting dalam perkembangan sastra. Perbedaanya hanya
berkisar pada masa dan istilah dan
masalah peranan tahun 1942 dan tahu 1950 di dalam perkembangan sastra
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar