Oleh:
REINHARD SETIAWAN
Nim: 160388201072
Dosen Pengampu: Tessa Dwi Leoni, S.Pd., M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG
PINANG 2016
- Azab dan sengsara
Penulis: Merari Siregar
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1920
Sinopsis:
Novel
yang satu ini bisa dikategorikan novel klasik terbitan Balai Pustaka. Ia menandai zaman
dimana sastra Indonesia masih didominasi penggunaan bahasa melayu yang kental.
Adapun tema umum novel yang satu ini adalah kehidupan percintaan seorang gadis
yang pernikahannya tidak membawa pada hidup yang bahagia tetapi justru pada
kesengsaraan. Tokoh sentral dalam kisah cinta ini bernama Mariamin dan
Aminu’ddin. Keduanya berkerabat dekat tetapi berbeda nasib. Aminu’ddin
merupakan anak kepala kampong, seorang bangsawan yang kaya raya dan disegani
banyak orang. Sementara itu Mariamin tumbuh di lingkungan keluarga yang miskin.
Sejak kecil keduanya sudah berkenalan dan bermain bersama. Beranjak dewasa, Aminu’ddin
dan Mariamin merasakan getaran cinta yang kuat. Aminu’ddin berjanji akan
menikahi Mariamin. Niatnya ini diutarakan pada ibu dan ayahnya, Baginda Diatas.
Sang ibu setuju sebab ia menganggap Mariamin masih keluarganya dan dengan
menikahkannya dengan Aminu’ddin, ia bisa menolong kemiskinan gadis itu. Namun,
pendapat berbeda datang dari ayah Aminu’ddin yakni Baginda Diatas. Ia diam-diam
tidak menyetujui rencana Aminu’ddin sebab ia beranggapan pernikahan tersebut
tidak pantas dan akan menurunkan derajat bangsawannya. Untuk
mewujudkan niatnya, akhirnya Aminu’ddin berangkat ke Medan untuk mencari kerja.
Saat di Medan, ia masih rajin berkirim kabar dengan Mariamin. Sampai suatu
waktu, ia akhirnya mengirim berita ke kampung bahwa ia sudah siap untuk berumahtangga
dengan wanita pujaannya tersebut. Sayangnya, Baginda Diatas, ayah Aminu’ddin
tidak setuju. Ia menyusun rencana agar isterinya tidak menyetujui keinginan
Aminu’ddin. Caranya, ia membawa isterinya ke dukun sewaan dan pura-pura meramal
jodoh terbaik untuk Aminu’ddin, anaknya. Sang dukun berkata bahwa jodoh
Aminu’ddin bukanlah Mariamin melaikan seorang gadis bangsawan di desa mereka.
Ibu Aminu’ddin pun percaya dan setuju berangkat ke Medan dengan membawa gadis
bangsawan yang hendak dinikahkan dengan Aminu’ddin. Saat mereka tiba di Medan,
Aminu’ddin kaget sebab keputusan orangtuanya menjodohkan dengan gadis tersebut
memukul jiwanya. Tapi ia tak bisa menolak sebab saat itu ia terikat adat busaya
yang harus selalu patuh pada keputusan orang tua. Akhirnya Aminu’ddin mengirim
surat kepada Mariamin sambil memohon maaf karena ia terpaksa menikahi gadis
lain meskipun tanpa cinta. Mendengar kabar terebut, Mariamin sangat sedih. Ia
bahkan sempat sakit. Setahun berselang, ibu mariamin akhirnya menerima pinangan
seorang laki-laki bernama Kasibun. Ia berharap pernikahan tersebut akan
mengobati luka Mariamin. Akan tetapi apa yang diniatkan ibu Mariamin tidak
terjadi. Pernikahan tersebut malah menambah penderitaan lain bagi Mariamin.
Sebab, ternyata Kasibun memiliki isteri yang diceraikannya dengan alasan ingin
menikahi Mariamin. Selanjutnya, Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Mereka
mengalami hubungan suami siteri yang compang sebab Mariamin tidak ingin
melakukan hubungan intim dengan suaminya. Alasannya, ternyata Karibun memiliki
penyakit kelamin yang bisa menular. Mendapat penolakan tersebut, Karibun kalap
dan sering menyiksa isterinya, Mariamin. Penderitaannya semakin bertambah sejak
Aminu’ddin bertamu ke rumahnya suatu waktu. Melihat reaksi Mariamin yang tak
biasa, Karibun pun membaca sesuatu yang lain dan kemudian cemburu. Semakin hari
ia semakin sering menyiksa isterinya. Pada akhirnya Mariamin tak sanggup lagi
dan akhirnya melaporkan suaminya, Karibun, ke polisi. Akhirnya Karibun
ditetapkan bersalah dan diwajibkan membayar denda serta melepaskan Mariamin tak
lagi jadi isterinya. Mariamin akhirnya kembali ke desanya dan hidup menderita
di sana. Ia sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia dalam derita.
- Belenggu
Penulis
: Arjmin Pane
Penerbit :
Dian Rakyat
Tahun Terbit : 1988
Sinopsis:
Dokter Sukartono (Tono) adalah seorang dokter yang baik,
bijaksana, dan dermawan. Karena kesibukannya ia hampir tak memiliki waktu untuk
istrinya Sumartini. mereka tidak pernah akur. Mereka tidak saling berbicara dan
saling bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan
bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masing-masing memecahkan
masalahnya sendiri-sendiri. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan
tidak harmonis. Mereka sering salah paham dan suka bertengakar.
Masalah utama yang dihadapi suami istri tersbut adalah
tidaka adanya rasa saling cinta diantara mereka. Tono memperistri Tini karena
kecantikan, kecerdasan, dan keceriaan diantara mereka. Tini bersedia diperistri
Tono karena ingin melupakan masa lalunya tang kurang baik.
Kekacauan bertambah dengan hadirnya Rohayah alias Siti
Hayati. Ia seorang penyanyi keroncong, yang juga seorang wanita panggilan. Ia
mencintai Tono sejak dahulu. Namun ia menjadi korban kawin paksa dan jatuh ke
limbah kenistaan. Lama-kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh
Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengethui hubungan gelap suaminya dengan
wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita tersebut. Secara diam-diam
Sumartini pergi kehotel tempat Yah menginap. Dia berniat hendak memaki Yah
sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap
muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Sepulang dari pertemuan
dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya. Dia merasa malu dan
bersalah kepada suaminya. Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang
yang tulus pada suaminya. Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa
telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan
Suaminya. Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut.
Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk
surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter Sukartono. Dia akan
meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke Calidonia. Dokter Sukartono
merasa sedih dalam kesendiriannya. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia
mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri
Calidonia.
- Judul : Di Bawah Lindungan Kabah
Penulis
: Hamka
Penerbit
: Bulan Bintang
Tahun Terbit : 1978
Sinopsis:
Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Dia kemudian
diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Hamid dianggap sebagai anak
mereka sendiri, Mereka sangat menyayanginya sebab Hamid sangat rajin, sopan,
berbudi, serta taat beragama.
Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid.
Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin.
Jurang pemisah itu semakin dalam. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Mulai dari meninggalnya Haji Jafar hingga puncak kepedihan hatinya ketika mamaknya, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya. Hamid terpaksa menurutinya. Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan dari . Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.
Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja. Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh, teman sekampungnya.. Dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab. Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya. Namun pada akhirnya Zainab wafat akibat penyakitnya. Kesedihan dan sakit menghampiri Hamid. Ia menutup mata selamanya setelah meanjatkan doa sambil memegang kiswah.
Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid.
Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin.
Jurang pemisah itu semakin dalam. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Mulai dari meninggalnya Haji Jafar hingga puncak kepedihan hatinya ketika mamaknya, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya. Hamid terpaksa menurutinya. Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan dari . Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.
Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja. Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh, teman sekampungnya.. Dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab. Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya. Namun pada akhirnya Zainab wafat akibat penyakitnya. Kesedihan dan sakit menghampiri Hamid. Ia menutup mata selamanya setelah meanjatkan doa sambil memegang kiswah.
- Layar Terkembang
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Sinopsis
Tuti dan Maria merupakan anak dari
Raden Wiriatmajda, anak sulungnya yaitu Tuti memiliki sifat yang teguh
pendiriannya, pendiam dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Sebaliknya
dengan anak bungsu Wiriatmajda, Maria cenderung periang, lincah dan orang yang
mudah kagum. Hari minggu ini mereka akan mengunjungi akuarium di sebuah pasar
ikan, ketika mereka hendak mengambil sepeda dan meninggalkan pasar seorang
pemuda menghampiri mereka yang kebetulan sepeda pemuda itu bersebelahan dengan
sepeda mereka. Akhirnya mereka berkenelan dengan pemuda tersebut. Pemuda
tersebut bernama Yusuf dia merupakan mahasiswa kedokteran dan putra dari Demang
Munaf, yang tinggal di Martapura Kalimantan Selatan. Setelah berkenalan Yusuf
mengantar Tuti dan Maria sampai depan rumah.
Semenjak pertemuan itu Yusuf selalu
terbayang-bayang kedua gadis tersebut, terutama Maria gadis yang cantik, lincah
dan periang. Yusuf telah menaruh hati kepada Maria sejak pertama mereka
bertemu. Keesokan hainya Yusuf, Maria dan Tuti
bertemu di depan hotel Des Indes semenjak pertemuan mereka yang kedua
itu Yusuf sering sekali menjemput Maria untuk berangkat bersama ke sekolah.
Hubungan mereka semakin dekat, Yusuf pun sudah berani berkunjung ke rumah
Wiriatmadja untuk menemui Maria. Di sana dia di sambut dengan lembut dan sopan,
sering sekali dia berkunjung ke sana. Tuti pun sedang di sibukkan dengan
kongres Putri Sedar yang di pimpinnya.
Yusuf memutuskan untuk berlibur
sebentar di kampong halamannya. Selama berlibur Maria dan Yusuf saling berkirim
surat, dalam surat tersebut Maria mengatakan telah pindah ke Bandung. Surat-surat
yang dikirim oleh Maria membuat Yusuf semakin rindu kepadanya, sehingga dia
memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengunjungi Maria. Kedatangan Yusuf di
sambut hangat oleh Maria dan Tuti. Yusuf mengajak mereka berjalan-jalan, tetapi
Tuti tidak dapat meninggalkan kesibukannya. Mereka menuju ke air terjun, di
bahaw air terjun Maria merasa kedinginan dalam kesempatan itu Yusuf menyatakan
cintanya kepada Maria.
Hari-hari Maria penuh dengan
kehangatan dengan Yusuf. Sebaliknya hari-hari Tuti dihabiskan dengan membaca
buku. Melihat kemesraan yang di alami adiknya Tuti pun ingin mengalami hal yang
sama. Tetapi Tuti memiliki kekawatiran terhadap hubungan Maria dan Yusuf. Tuti
menasehati Maria jangan terlalu diperbudak oleh cinta, nasehat Tuti justru memicu
pertengkaran di antara mereka. Maria bahkan menyinggung akibat putusnya
hubungan Tuti dengan tunangannya Hambali. Pertengkatan antara mereka memberikan
pukulan keras terhadap Tuti.
Dari kejadian itu Tuti merasa
sendiri dan sepi dalam kehidupannya. Di tempat kerjanya Tuti mendapat teman
baru yaitu Supomo. Supomo sempat menyatakan cintanya kepadanya. Sekarang Tuti
dihadapkan pada dua pilihan antara menikah dengan organisasi Putri Sedar yang
tidak dapat dia tinggalkan. Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan Supomo
meskipun dia telah berusia 27 tahun.
Maria terserang sakit yang cukup
parah, yaitu muntah darah dan TBC. Keluarga Wiriatmadja akhirnya memutuskan
agar Maria di rawat di rumah sakit Pacet. Tuti pun kembali memperhatikan Maria,
Ia sangat khawatir akan keadaan adiknya. Setiap hari Yusuf juga mengunjungi
Maria, secara langsung Yusuf selalu bertemu dengan Tuti. Tuti dan Yusuf sudah
mulai dekat. Semakin hari keadaan Maria semakin menurun, dan keadaannya
berakhir dengan kematian.
Sebelum meninggal Maria telah
berpesan kepada Tuti, supaya apabila jiwanya tidak terselamatkan kakaknya
bersedia menjadi istri kekasihnya yang sekarang ini. Tuti dan Yusuf telah
kehilangan seseorang yang amat mereka sayangi. Sepeninggal Maria, Tuti merasa
bahwa Yusuf dapat di cintainya dengan tulus,. Sebaliknya Tuti juga merasakan
bahwa cinta Yusuf kepadanya juga tulus. Sekarang Tuti merasa yakin bahwa Yusuf
adalah calon suami yang baik dan bisa di cintainya.
- Penulis:
Abdul Muis
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama terbit: 1928
Sinopsis
Hanafi adalah seorang amak pribumi yang berasal dari Solok.
Ibu hanafi adalah seorang janda, yang suaminya sudah meninggal semenjak hanafi
masih kecil. Ibu hanafi sangat menyayanginya. Meskipun sudah menjanda, ibunya
berkeinginan untuk memandaikan anaknya. Ibunya mengirim Hanafi ke Betawi untuk
bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk selalu memenuhi segala
biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi dititipkan kepada keluarga
Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas daro orang-orang Belanda.
Setelah lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak lepas dari orang-orang
Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB sebagai asisten residen di Solok.
Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah lakunya serta gaya hidupnya sudah
berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi
orang Belanda asli. Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari
bersekolah di HBS, Hanafi dekat dengan gadis eropa yang bernama Corrie. Dalam
kesehariannya Hanafi dan Corrie memanglah sangat dekat, hubungan keduanya
seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering jalan-jalan berdua, main tenis
bahkan duduk-duduk sambil menikmati segelas teh pun juga berdua. Karena
hubungan mereka sangat amat dekat, maka Hanafi pun menganggap pertemanan itu
dianggap lain. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar
hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai
pacar. Setiap hari Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar
saja. Sikap Corrie kepada Hanaffi juga masih nampak seperti biasanya. Hingga
akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada
Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya, Corrie tidak langsung
memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang dengan alasan
yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju
Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus
mengenai pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa sangat tidak mungkin
menerima Hanafi, karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa
eropa. Selain itu Corrie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang
melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi jatuh sakit selama beberapa hari.
Selama dia sakit, Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi
sering mendapat nasihat dari ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar
menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi bersekolah
di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya,
Hanafi sangat amat marah, karena Hanafi sungguh tidak mengetahui siapakah
Rapiah itu dan Hanafi hanya suka kepada Corrie, yang telah menolak cintanya.
Maka Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah.
Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah.
Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu,
meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan
Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei.
Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga
mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki istrinya
karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak pernah melawan semua
perlakuan suaminya. Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum kepada Rapiah,
hingga suatu hari Hanafi murka kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya
menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga
Hanafi harus berobat ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan
seorang gadis eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat senang mereka
berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin.
Sudah satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja
di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi
sangat senang. Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi
berusaha keras untuk mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah
kewarganegaraan menjadi Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk
menerima ajakan pertunangannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi, Corrie
terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus menerima resiko, yaitu dijauhi oleh
teman-teman eropanya, Pesta pertunangan mereka dilakukan dikediaman rumah teman
Belandanya, namun tuan rumah nampak tidak begitu suka dengan pertunangan itu.
Karena dia tidak suka bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang.
Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah
tetap menunggu kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada
Rapiah, bahkan sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan
Corrie sudah menjadi suami istri, maka tinggalah mereka dalam satu rumah. Namun
seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram
lagi. Karena sifat Hanafi yang keterlaluan, sampai menuduh Corrie berzina
dengan orang lain. Karena kehidupannya yang dalam kondisi tidak jelas, Bangsa
Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena keangkuhan
dan kesombongannya. Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari
Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa
Corrie berada di Semarang. Setelah beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke
Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang pengusaha anak-anak yatim. Namun
sampai disana justru berita buruk yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk
rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie
ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok
untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh
sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah
darah dan akhrinya merenggut nyawanya
- Pengarang : Marah Rusli
Penerbit
: Balai Pustaka
Tempat Terbit: Jakarta
Tebal
: 271 halaman
Pelaku : Siti
Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan
Mahmud
Sinopsis:
Siti Nurbaya merupakan kisah klasik
Indonesia. Kisah tragis yang tetap dikenang sampai sekarang. Berkisah tentang
dua orang pemuda pemudi, Samsulbahri, putra dari bangsawan, Sultan Mahmud Syah
dan Siti Nurbaya, putri dari saudagar kaya, Baginda Sulaiman. Mereka telah
bertetangga sejak kecil. Hubungan persahabatan antara kedua remaja ini lama
kelamaan berubah menjadi cinta, yang baru mereka sadari saat Samsulbahri akan
berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya. Sementara itu, Datuk
Maringgih, seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan
kedudukan Baginda Sulaiman karena iri terhadap harta kekayannya. Ia menyuruh
anak buahnya membakar toko-toko dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.
Akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin, tapi ia tidak mengira hal ini
diakibatkan oleh akal licik Datuk Maringgih. Ia meminjam sejumlah uang tanpa
prasangka apapun. Akan tetapi bagi Datuk maringgih, kedatangan Baginda Sulaiman
memang sangat diharapkan. Ia meminjamkan uang dengan syarat harus melunasi
dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang ditentukan, Datuk pun datang menagih
janji. Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tidak dapat melunasi utang. Datuk
Maringgih yang tidak mau rugi, mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman, kecuali
Baginda menyerahkan Siti Nurbaya untuk dijadikan istri mudanya. Awalnya baginda
menolak, karena ia tidak mau putrinya menjadi korban hidung belang Datuk
Maringgih. Ia pasrah menjalani hukuman. Saat itulah, Siti Nurbaya keluar dari
kamar dan menyatakan bersedia menjadi istri muda Datuk Maringgih, asal ayahnya
bebas dari utangnya. Samsulbahri yang mendengar peristiwa itu, ikut prihatin.
Oleh karena itu, saat liburan, ia pulang ke Padang dan menyempatkan menengok
Baginda Sulaiman yang sedang sakit.Kebetulan, saat itu Siti Nurbaya sedang
menjenguk ayahnya. Merekapun saling menceritakan pengalaman masing-masing. Hal
ini diketahui Datuk maringgih dan ia mengira mereka berdua melakukan perbuatan
yang tidak pantas. Pertengkaran tak dapat dihindarkan. Ayah Siti Nurbaya yang
berusaha melerai, terjatuh dari tangga dan menemui ajal. Selain itu, ayah
Syamsul Bahri yang malu atas tuduhan itu, mengusir anaknya. Sementara itu, Siti
Nurbaya merasa bebas dan tidak perlu lagi tunduk pada Datuk Maringgih, memilih
tinggal dengan keluarganya. Tapi akal licik Datuk Maringgih tidak berhenti
sampai disitu. Sekali waktu dia menuduh Siti Nurbaya mencuri perhiasannya,
sehingga ia tidak dapat menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Belum puas, ia
menyuruh seseorang meracuni Siti Nurbaya, yang mengakibatkan Siti Nurbaya
meninggal. Hal ini mengakibatkan ibu Samsulbahri sedih dan meninggal dunia.
Samsulbahri yang mengetahui hal tersebut sangat sedih dan mencoba bunuh diri. Ia berhasi diselamatkan.
Ia yang frustasi kemudian menjadi serdadu belanda, dengan nama Letnan Mas dan mendapat tugas menumpas pemberontakan di Padang. Ia mendapat perlawanan sengit namun berhasil menumpasnya bahkan berhasil membunuh Datuk Maringgih, si dalang pemberontakan. Karena luka parah, ia dirawat dirumah sakit. Saat itu, timbul keinginannya untuk berjumpa sang ayah. Pada saat terakhir, ia berhasil memberitahu ayahnya bahwa ia, Samsulbahri, masih hidup. Setelah mengucapkan hal itu, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sang ayah yang terkejut dan berduka, ikut menghembuskan nafas terakhir keesokan harinya.
Samsulbahri yang mengetahui hal tersebut sangat sedih dan mencoba bunuh diri. Ia berhasi diselamatkan.
Ia yang frustasi kemudian menjadi serdadu belanda, dengan nama Letnan Mas dan mendapat tugas menumpas pemberontakan di Padang. Ia mendapat perlawanan sengit namun berhasil menumpasnya bahkan berhasil membunuh Datuk Maringgih, si dalang pemberontakan. Karena luka parah, ia dirawat dirumah sakit. Saat itu, timbul keinginannya untuk berjumpa sang ayah. Pada saat terakhir, ia berhasil memberitahu ayahnya bahwa ia, Samsulbahri, masih hidup. Setelah mengucapkan hal itu, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sang ayah yang terkejut dan berduka, ikut menghembuskan nafas terakhir keesokan harinya.
- Sukreni Gadis Bali
Karangan A.A Pandji Tisna
Sinopsis:
Ni Luh Sukreni adalah seorang gadis berparas cantik. Dia adalah anak yang
dijebak dalam permainan ibunya,Men Negara. Men Negara tidak mengetahui bahwa
gadis yang ia jebak adalah putri kandung hasil pernikahan dengan suami
pertamanya , I Nyoman Raka. Men negara lari dengan laki-laki lain yang
bernama I Kompiang saat umur sukreni masih delapan bulan. Dengan suaminya yang
baru ini Men Negara memiliki dua anak yang bernama I Negara dan Ni Negari yang
juga berparas cantik. Kecantikan Ni Negari dapat dimanfaatkan ibunya untuk
menarik hati pengunjung kedai ibunya.
Suatu hari datanglah menteri polisi yang bernama I Gusti Made Tusan yang singgah
di kedai tersebut. Dari mata-matanya yang bernama I Made Aseman yang sedang
mendapati Men Negara bersama orang-orang suruhannya sedang menyembelih babi
tanpa surat keterangan. Menteri polisi itupun marah besar. I Made Aseman sangat
berharap agar Men Nagara dipenjarakan di Singaraja karena kesalahannya itu.
Jika Men Negara masuk penjara, para pemetik kelapa akan pindah ke warung
iparnya. Namun, apa yang diharapkan I Made Aseman sia-sia belaka karena I
Gusti Made Tusan telah terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni Negeri. Semenjak
saat itu I Gusti Made Tusan sering datang ke kedai di Bingin Banjah tersebut
hanya karena ingin bertemu Ni Negari.
Suatu ketika I Gusti Made Tusan sedang minum kopi di kedai itu Datanglah Ni Luh
Sukreni yang cantik itu mencari Ida Gde Swamba. Ketika menteri polisi itu
terlihat tertarik dengan Sukreni maka dengan cepat Men Negara menyusun siasat
untuk membantunya yang tak lain hanya untuk tujuan mendapatkan uang saja.
Pada kedatangannya yang kedua Sukreni belum bisa bertemu dengan Ida Gde karena
ia sedang pergi ke banyuwangi. Dengan gayanya yang sok baik itu Men Negara
menawarkan agar sukreni mau menginap di rumahnya. Sedangkan I Sudiana teman
seperjalanan Sukreni menginap bersama I Negara. Saat itulah Men Negara
menjalankan siasatnya. Malam itu Sukreni diperkosa oleh I gusti Made tusan.
Keesokkan harinya I Negara, kakak Ni Negari membawa kabar kepada ibu dan
adiknya bahwa Sukreni adalah anak kandung Men Negara dengan I Nyoman Raka .
Ni Luh sukreni dulu bernama Ni Widi yang kemudian
diganti oleh bapaknya.Walaupun I Negara merasa bahagia dengan adanya kabar itu,
namun Men Negara sangat terkejut dan menyesal. Sukreni melarikan diri entah
kemana.
Ida Gde Swamba yang sangat mencintainya menjadi sedih karena mendengar berita
tersebut. Berbulan-bulan Ida Gde berusaha mencari sukreni. Suatu ketika Ida Gde
bertemu dengan I Aseman,mata-mata menteri polisi bejat itu. Dari I Aseman
ia mendapatkan informasi tentang sukreni yang tinggal di rumah saudaranya. Ketika
Ida Gde Swamba datang sukreni baru saja melahirkan anak hasil perbuatan keji I
Made Tusan.yang diberi nama I Gustam. Karena ketulusan cinta Ida Gde,ia berniat
untuk menanggung biaya hidup sukreni dan anaknya.
I Gustam tumbuh menjadi anak yang bengis dan anarkis. Ia malas sekolah.
Kerjaanya tiap hari hanyalah tawuran dan merampok sampai-sampai ia harus masuk
penjara. Di penjara ia berteman dengan I Sintung,penjahat kelas kakap. Setelah
keluar dari penjara ia dan I sintung serta teman-temannya yang lain membentuk
sebuah kelompok perampok dan pembunuh.
Pada suatu malam ia bersama teman-temanya melakukan aksi perampokan di rumah
Men Negara yang tak lain adalah neneknya sendiri. Semua uang diambilnya hingga
membuat Men Negara menjadi gila. Suasana kampung menjadi rusuh.Para prajurit
dan menteri polisi termasuk I Gusti Made Tusan yang masih bertugas di
Bingin Banjah berusaha menanganinya. Hingga akhirnya terjadi peperangan antara
ayah dan anaknya. Dalam peperangan itu tak ada yang menang karena I Made Tusan
dan I Gustam sama-sama meninggal.
8. Judul:
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang: HAMKA
Penerbit: Bulan Bintang
Tahun terbit: 1938
Sinopsis:
Sejak berumur 9
bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah, ibunya. Kemudian menyusul
ayahnya yang bernama Pendekar Sutan. Zainuddin tinggal bersama bujangnya, Mak
Base, Kira-kira 30 tahun yang lalu, ayahnya punya perkara dengan Datuk Mantari
Labih mamaknya, soal warisan. Dalam suatu pertengkaran Datuk Mantari terbunuh.
Pendekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah selesai
masa hukumannya, ia dikirim ke Bugis untuk menumpas pemberontakan yang melawan
Belanda. Di sanalah Pendekar Sutan bertemu dengan Daeng Habibah. Untuk mencari
keluarga ayahnya, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia
tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah.
Sebagai seorang
pemuda yang datang dari Makasar, ia merasa asing di Padang. Apalagi tanggapan
saudara-saudaranya demikian. Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan
Hayati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan antara Zainuddin
dan Hayati makin hari tersiar ke seluruh dusun dan Zainuddin tetap dianggap
orang asing bagi keluarga Hayati maupun orang-orang di Batipuh. Untuk menjaga
nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh
meninggalkan Batipuh oleh mamak Hayati. Dengan berat hati Zainuddin
meninggalkan Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hayati menemuinya
dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin. Zainuddin menerima kabar
bahwa Hayati akan pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas
undangan sahabat Hayati yang bemama Khadijah. Zainuddin hanya dapat bertemu
pandang di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribun.
Pertemuan yang sekejap itu membuat Hayati mendapat ejekan dari Khadijah.
Khadijah sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hayati dengan Aziz, kakak
Khadijah sendiri. Karena merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang
tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim surat lamaran pada
Hayati. Temyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Setelah diminta
untuk memilih, Hayati memutuskan memilih Aziz sebagai calon suaminya. Zainuddin
kemudian sakit selama dua bulan karena Hayati menolaknya. Atas bantuan dan
nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah pikirannya.
Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta.
Dengan nama samaran
“Z”, Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai
pembacanya. la mendirikan perkumpulan tonil “Andalas”, dan kehidupannya telah
berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan
usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku. Karena pekeriaan
Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hayati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hayati
mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan
disutradarai oleh Tuan Shabir atau “Z”. Karena ajakan Hayati Aziz bersedia
menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan
Shabir atau “Z” adalah Zainuddin. Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan
Zainuddin dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya
bekerja karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena
sudah tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi
hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak
baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan,
serta tak lagi menaruh cinta pada Hayati. Akibatnya, setelah mereka tidak
berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin.
Setelah sebulan
tinggal serumah, Aziz pergi ke Banyuwangi meninggalkan isterinya bersama
Zainuddin. Sepeninggal Aziz, Zainuddin sendiri pun jarang pulang, kecuali untuk
tidur. Suatu ketika Muluk memberitahu pada Hayati bahwa Zainuddin masih
mencintainya. Di dalam kamar kerja Zainuddin terdapat gambar Hayati sebagai
bukti bahwa Zainuddin masih mencintainya. Beberapa hari kemudian diperoleh
kabar bahwa Aziz telah menceraikan Hayati. Aziz meminta supaya Hayati hidup
bersama Zainuddin. Dan kemudian datang pula berita dari sebuah surat kabar
bahwa Aziz telah bunuh diri meminum obat tidur di sebuah hotel di Banyuwangi.
Hayati meminta kesediaan Zainuddin untuk menerimanya sebagai apa saja, asalkan
ia dapat bersama-sama serumah dengan Zainuddin. Permintaan itu tidak diterima
baik oleh Zainuddin, ia bahkan amat marah dan tersinggung karena lamarannya
dulu pemah ditolak Hayati, dan sekarang Hayati ingin menjadi isterinya. la
tidak dapat menerima periakuan Hayati.
Dengan kapal Van Der
Wijck, Hayati pulang atas biaya Zainuddin. Namun Zainuddin kemudian berpikir
lagi bahwa ia sebenamya tidak dapat hidup bahagia tanpa Hayati. Oleh sebab
itulah setelah keberangkatan Hayati ia berniat menyusul Hayati untuk dijadikan
isterinya. Zainuddin kemudian menyusul naik kereta api malam ke Jakarta.
Harapan Zainuddin temyata tak tercapai. Kapal Van Der Wijck yang ditumpangi
Hayati tenggelam di perairan dekat Tuban. Hayati tak dapat diselamatkan. Karena
luka-luka di kepala dan di kakinya akhimya ia meninggal dunia. Jenazahnya
dimakamkan di Surabaya. Sepeninggal Hayati, kehidupan Zainuddin menjadi sunyi
dan kesehatannya tidak terjaga. Akhimya pengarang terkenal itu meninggal dunia.
Ia dimakamkan di sisi makam Hayati.
Great 😊👍
BalasHapus