Berbicara dan menyimak sebagai proses
resiprokal
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
Kegiatan
berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya
orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang
menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan
kegiatan berbicara dan menyimak merupakan kegiatan yang resiprokal. Melalui
kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata dan struktur
kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata, mengenal dan memahami
struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan keterampilan
menyimak
2. Hubungan
berbicara dan menyimak:
a. Ujaran (speech)
biasanya
dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ) oleh karena
itu, model atau contoh yang disimak serta
direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan
berbicara
b.
Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasannya ditentukan
oleh sang perangsang (stimuli)
yang
ditemuinya (misalnya
kehidupan
desa, kota)
dan
kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian
gagasan-gagasannya.
c.
Ujaran sang anak memencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan di masyarakat
tempatnya hidup. Hal ini biasanya terlihat jelas dalam ucapan, intonasi, kosa
kata, dan pola-pola kalimatnya.
d.
Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih
panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e.
meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula meningkatkan kualitas berbicara
seseorang.
f.
Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian
kata-kata sang anak., oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia
mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru,
rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi , dan
lain-lain.
g.
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik dari pihak penyimak. Umumnya
sang anak mempergunakan bahasa yang di dengar serta disimaknya
Manfaat
berbicara dan menyimak:
1) Landasan belajar bahasa
2) Penunjang keterampilan berbicara,
membaca, dan menulis
3) Pelancar komunikasi lisan
4) Penambah informasi
2.
Berbicara sebagai proses individu berkomunikasi
Berbicara
adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal
ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sarana
memperoleh pengetahuan mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol
lingkungannya.
Contoh:
perhatikanlah bagaimana
seorang anak menggunakan bahasa(berbicara) untuk mengadaptasi lingkungannya
melalui pengajuan sejumlah pertanyaan: apa? Mengapa? Bagaimana? Anak tersebut
menggunakan keterampilan sebagai alat mempengaruhi dan mengontrol lingkungannya
dan pada gilirannya lingkungan itupun mempengaruhi dirinya. Berbicara adalah
satu alat komunikasi terpenting bagi manusia untuk dapat menyatakan diri
sebagai anggota masyarakat.
3.
Berbicara sebagai ekspresi kreatif
Melalui
berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga
memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata
dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara
murni, fasih, ceria, dan spontan. Perkembangan presepsi dan kepekaan terhadap
perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk
mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual, karena itu
dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi
juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4.
Berbicara sebagai tingkah laku
Berbicara
adalah ekspresi pembicara. Melalui pembicara, pembicara sebenarnya menyatakan
gambaran dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara.
Berbicara juga merupakan dinammika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara
kepada kejadian disekelilingnya kepada pendengarnya atau kepada objek tertentu.
Contoh:
dalam pribahasa
"bahasa menunjukan bangsa" makna pribahasa tersebut ialah cara kita
berbahasa, berbicara, bertingkah laku menggambarkan kepribadian kita. Dalam
kepribadian itu sudah terselip tingkah laku kita.
5.
Berbicara sebagai tingkah laku dipelajari
Berbicara
sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh
kita di lingkungan keluarga,
tetangga, dan lingkungan lainnya.
Keterampilan
berbicara
harus melalui latihan
:
1.
Pengucapan
2.
Pelafalan
3.
Pengontrolan suara
4.
Pengendalian diri
5.
Pengontrolan gerak-gerik tubuh
6.
Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
7.
Pemakaian bahasa yang baik
8.
Pengorganisasian ide
Keterampilan
berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih
berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada orang yang
langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara adalah
tingkah laku yang harus dipelajari, baru bias dikuasai.
6.
Berbicara distimulasi oleh pengalaman
Berbicara
adalah ekspresi diri. Bila terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya,
maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalamannya
itu bila pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka yang bersangkutan
akan mengalami kesukaran dalam berbicara.
7. Berbicara sebagai
memperluas cakrawala
Paling
sedikit berbicara digunakan untuk dua hal, yang pertama untuk mengekspresikan
ide, perasaan, dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga digunakan untuk
menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman
8.
Kemampuan linguistik dan lingkungan
Anak-anak
adalah produk lingkungannya. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak
berbicara, dan segala pertanyaan diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu
sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara maka dapat
diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memiliki
kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka masuk di sekolah.
Lingkungan
yang tidak menunjang perkembangan linguistik anak tergambar sebagai berikut.
Lingkungan itu miskin kegiatan linguistik. Dialog antara anak dan orang tua
serta anggota keluarga lainnya sangat kurang. Perhatian dan pertanyaan anak
tidak digubris atau jarang diperhatikan. Lingkungan sepi, buta bicara, tidak
ada kesempatan berbahasa, sehingga membuat anak tidak berkembang. Bila anak
masuk sekolah ia akan kelihatan kaku, kurang bicara, pemalu, dan tidak dapat
menyatakan dirinya.
9.
Berbicara sebagai pancaran kepribadian
Gambaran
pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat
menduganya melalui gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya,
kesukaanya, dan cara bicaranya. Berbicara pada hakikatnya melukiskan apa yang
ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain.
Karena itu sering dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian. Kegiatan
berbicara
diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan
kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi
pesan tersebut penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi,
gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan
sampai ketujuan secara tepat.
Dalam
menyampaikan pesan, seseorang menggunakan
bahasa yang dalam hal ini tergolong ragam bahasa lisan. Seseorang yang
menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti
atau memahaminya. Apabila isi pesan itu diketahui oleh penerima pesan, akan
terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut
pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan
bagi penerimanya.
Pemberi
pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut juga
sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain komunikan
dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu
disebut berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan
secara lisan disebut penyimak dengan demikian, berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sedangkan menyimak adalah keterampilan
menerima pesan yang disampaikan secara lisan.
Faktor
faktor yang mempengaruhi efektifitas berbicara
1. Ketepatan ucapan
Seorang
pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara
tepat.Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama.
Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan
tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi
suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu
2. Penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian
tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi
yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.
Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah:
1. memiliki kosakata
2. memahami makna kata tersebut,
3. memahami cara pembentukannya
4. memahami hubungan-hubungannya,
5. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah struktural dan logis.
Ada 6
kriteria yang dapat digunakan untuk memilih kata, yaitu criteria
1. humanis antropologis
2. linguistis pragmatis
3. sifat ekonomis
4. psikologis
5. sosiologis
6. politis.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi
1. bentuk kata
2. baku tidaknya kata
3. makna kata
4. konkret atau abstraknya kata
5. keumuman dan kekhususan kata
6. menggunakan gaya bahasa/majas
7. idiom.
Ketepatan sasaran pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.
Thanks
for attention
Tidak ada komentar:
Posting Komentar