Jumat, 17 Maret 2017

Konsep dasar berbicara

1. Konsep dasar berbicara

Berbicara dan menyimak sebagai proses resiprokal
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan menyimak merupakan kegiatan yang resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata, mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan keterampilan menyimak

2. Hubungan berbicara dan menyimak:

a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ) oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara
b. Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasannya ditentukan oleh sang perangsang (stimuli) yang ditemuinya (misalnya kehidupan desa, kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya.
c. Ujaran sang anak memencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan di masyarakat tempatnya hidup. Hal ini biasanya terlihat jelas dalam ucapan, intonasi, kosa kata, dan pola-pola kalimatnya.
d. Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak., oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi , dan lain-lain.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik dari pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang di dengar serta disimaknya

Manfaat berbicara dan menyimak:

1)      Landasan belajar bahasa
2)      Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3)      Pelancar komunikasi lisan
4)      Penambah informasi
2. Berbicara sebagai proses individu berkomunikasi
Berbicara adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya.
Contoh: perhatikanlah bagaimana seorang anak menggunakan bahasa(berbicara) untuk mengadaptasi lingkungannya melalui pengajuan sejumlah pertanyaan: apa? Mengapa? Bagaimana? Anak tersebut menggunakan keterampilan sebagai alat mempengaruhi dan mengontrol lingkungannya dan pada gilirannya lingkungan itupun mempengaruhi dirinya. Berbicara adalah satu alat komunikasi terpenting bagi manusia untuk dapat menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.

3. Berbicara sebagai ekspresi kreatif

Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni, fasih, ceria, dan spontan. Perkembangan presepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual, karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.

4. Berbicara sebagai tingkah laku

Berbicara adalah ekspresi pembicara. Melalui pembicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan dinammika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian disekelilingnya kepada pendengarnya atau kepada objek tertentu.
Contoh: dalam pribahasa "bahasa menunjukan bangsa" makna pribahasa tersebut ialah cara kita berbahasa, berbicara, bertingkah laku menggambarkan kepribadian kita. Dalam kepribadian itu sudah terselip tingkah laku kita.
5. Berbicara sebagai tingkah laku dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh kita di lingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya. Keterampilan berbicara harus melalui latihan :
1.      Pengucapan
2.      Pelafalan
3.      Pengontrolan suara
4.      Pengendalian diri
5.      Pengontrolan gerak-gerik tubuh
6.      Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
7.      Pemakaian bahasa yang baik
8.      Pengorganisasian ide
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari, baru bias dikuasai.

6. Berbicara distimulasi oleh pengalaman

Berbicara adalah ekspresi diri. Bila terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalamannya itu bila pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka yang bersangkutan akan mengalami kesukaran dalam berbicara.

7. Berbicara sebagai memperluas cakrawala

Paling sedikit berbicara digunakan untuk dua hal, yang pertama untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman

8. Kemampuan linguistik dan lingkungan

Anak-anak adalah produk lingkungannya. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala pertanyaan diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara maka dapat diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memiliki kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka masuk di sekolah.
Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan linguistik anak tergambar sebagai berikut. Lingkungan itu miskin kegiatan linguistik. Dialog antara anak dan orang tua serta anggota keluarga lainnya sangat kurang. Perhatian dan pertanyaan anak tidak digubris atau jarang diperhatikan. Lingkungan sepi, buta bicara, tidak ada kesempatan berbahasa, sehingga membuat anak tidak berkembang. Bila anak masuk sekolah ia akan kelihatan kaku, kurang bicara, pemalu, dan tidak dapat menyatakan dirinya.

9. Berbicara sebagai pancaran kepribadian

Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat menduganya melalui gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaanya, dan cara bicaranya. Berbicara pada hakikatnya melukiskan apa yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan sampai ketujuan secara tepat.
Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan  bahasa yang dalam hal ini tergolong ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu diketahui oleh penerima pesan, akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.
Pemberi pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut juga sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain komunikan dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan secara lisan disebut penyimak dengan demikian, berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sedangkan menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.

Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas berbicara

1.    Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu
2.   Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).

Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.
Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah:
1.      memiliki kosakata
2.      memahami makna kata tersebut,
3.      memahami cara pembentukannya
4.      memahami hubungan-hubungannya,
5.     memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah struktural dan logis.

Ada 6 kriteria yang dapat digunakan untuk memilih kata, yaitu criteria
1.      humanis antropologis
2.      linguistis pragmatis
3.      sifat ekonomis
4.      psikologis
5.      sosiologis
6.      politis.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi
1.   bentuk kata
2.   baku tidaknya kata
3.   makna kata
4.   konkret atau abstraknya kata
5.   keumuman dan kekhususan kata
6.   menggunakan gaya bahasa/majas
7.   idiom.

Ketepatan sasaran pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.
Thanks for attention

Tidak ada komentar:

Posting Komentar